Pangkalan Balai - Humas
Munai Sang Srikandi, begitulah sebuah kisah yang menjadi cerita adat di
Bumi Sedulang Setudung yang dijadikan tema Sendratari sanggar seni manpaba
dalam pentas seni hiburan rakyat tahun ini. Sebagaimana dilantunkan oleh narrator
sendratari, alkisah di bumi Pangkalan Balai dahulu ada seorang Raja yang
bernama Thalib Wali memiliki seorang anak perempuan bernama Putri Munai Muning.
Seorang putri raja yang cantik rupawan, tak ayal membuat semua pemuda
dari golongan bangwasan memiliki keiniginan untuk menyunting sang putri. Banyak
pemuda yang mencoba menghadap raja Thalib Wali untuk meminang Munai Muning,
salah satunya adalah lelaki yang memiliki kesaktian mandraguna yang kebal semua
senjata dari negeri seberang.
Kedatangan pemuda ini bersama para pasukan (lanon) ke bumi Pangkalan
Balai ini selain menguasai kerajaan, dengan menyiksa para penduduk. Melihat keadaan
ini sang putri tidak tega, dan meminta kepada pemuda tersebut untuk
menghentikan tindakan tersebut. Namun sang pemuda memiliki permintaan, bahwa
dia akan menghentikan penyiksaan tersebut asal putrid Munai mau menjadi
istrinya.
Sebagaimana dikisahkan oleh narrator bahwa sang putri dengan berat hati
menerima permintaan pemuda tersebut, namun dibalik itu semua sang putri membuat
siasat untuk membunuh pasukan pemuda tersebut.
Akhirnya sang raja dan putri bersama rakyat menggelar pesta yang
menyuguhkan makanan yang lezat untuk para lanon tersebut, namun apa hendak
dikata setelah makan makanan tersebut pasukan pemuda tersebut tidak ada yang
bangun lagi (mati). Rupanya makanan tersebut mengandung racun. Melihat mayat
yang begitu banyak raja menginstruksikan untuk membuang ke sungai, dan kepala
dipisahkan dari badan. Kepala dibuang ke Tanjung Putus dan Badan dibuang ke
sungai suak napal. Dan tempat ini sekarang masih ada dan menjadi ikon penting
di bumi Sedulang Setudung khususunya Kota Pangkalan Balai.
Begitulah salah satu kisah adat yang dibawakan oleh sanggar seni MAN
Pangkalan Balai pada Jum’at malam dihadapan ribuan penonton. Kisah putri Munai
Muning ini kini menjadi kisah percintaan putri pertama di bumi Pangkalan Balai.
Sanggar manpaba menampilkan kisah ini sebagai penyambung sejarah yang harus
dipahami oleh generasi muda khusunya di Banyuasin.(LS).